
HMTM-BRICLIM Dorong Energi Bersih Lewat Inovasi Briket Sekam Padi
October 7, 2025Bandung, 2 Oktober 2025 — Politeknik Manufaktur Negeri Bandung (POLMAN) menjadi tuan rumah acara Ministerial Visit and Signing Cermony yang digelar di Gedung Rupantama, Rabu (2/9). Kegiatan ini dihadiri langsung oleh tokoh penting dari Indonesia dan Swiss, juga menandai langkah strategis dalam memperkuat kerja sama bilateral di bidang pendidikan vokasi, energi, dan pembangunan berkelanjutan.
Hadir dalam acara tersebut, Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) beserta Yuliot Tanjung, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Sementara itu Swiss diwakili oleh Vice President and Federal Councillor of the Swiss Confederation, H.E Guy Parmelin.
Dalam sambutannya, Darma Firmansyah Undayat sebagai Direktur POLMAN menekankan identitas POLMAN Bandung yang lahir dari kolaborasi erat antara Swiss dan Indonesia melalui Swiss Contact serta Institut Teknologi Bandung. “Sejak berdiri, POLMAN terus berevolusi, dari program diploma hingga sarjana terapan dan magister, semuanya berorientasi pada kebutuhan industri manufaktur. Visi kami untuk masa depan kini dimanifestasikan pada kampus baru kami seluas 30 hektar di Majalengka,” ujar Darma.
Darma menambahkan bahwa koneksi dengan Swiss merupakan identitas yang telah melekat pada POLMAN. Ia berharap, penandatangan program kerja sama dengan Swiss akan memperkuat kompetensi vokasi demi masa depan Indonesia yang berkelanjutan (sustainable) dan kompetitif.
Menyambung pernyataan Darma mengenai keberlanjutan (sustainability) dan energi terbarukan, Yuliot menegaskan potensi besar di sektor sumber daya alam, khususnya nikel yang dapat menjadi fondasi ekosistem baterai kendaraan listrik. Transisi energi menuju listrik, dapat berkontribusi terhadap pengurangan emisi kendaraan.
Yuliot menilik bahwa tujuan tersebut juga perlu didukung oleh sumber daya manusia yang mumpuni, maka dari itu pendidikan vokasi menjadi kunci utama dalam menghasilkan para profesional yang siap untuk memenuhi kebutuhan sektor energi terbarukan.
“Dengan tingkat pendidikan setara diploma (D-III dan D-IV), seperti yang dipelopori POLMAN, kami meyakini bahwa melalui proyek kerja sama Indonesia-Swiss ini akan tercipta peluang besar,” tambah Yuliot.
Senada dengan Yuliot, Wamendiktisaintek Stella Christie juga menekankan bahwa pendidikan vokasi sangat diperlukan untuk mendukung transformasi industri dan visi Indonesia Emas 2045. Ia mencontohkan sistem pendidikan di Swiss yang berhasil mengangkat pendidikan vokasi hingga setara dengan kualitas universitas akademik. Stella menambahkan, berdirinya POLMAN sebagai salah satu pionir politeknik di Indonesia, adalah jawaban untuk memenuhi kebutuhan bangsa dalam menghasilkan tenaga profesional terampil bagi industri.
“Membangun infrastruktur saja tidak cukup, kita membutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan fleksibel untuk mendukung tujuan energi nasional, di sinilah pendidikan vokasi memegang peran kunci,” pungkasnya.
Sebagai penutup rangkaian acara, POLMAN Bandung memandu para tamu dalam tur kampus yang dilangsungkan di ruang laboratorium (workshop). Momen ini terasa istimewa karena laboratorium tersebut bukan hanya menjadi pusat praktik mahasiswa, tetapi juga berdiri berkat kontribusi Swiss sejak awal pendirian POLMAN di tahun 1973. Pada tur ini, para tamu disuguhkan hasil-hasil kolaborasi dengan Swiss serta menampilkan sejarah panjang persahabatan kedua negara dalam membangun pendidikan vokasi manufaktur di Indonesia.











