
Tim DADALI K – 21 Polman Bandung Raih Juara 2 Lomba Kereta Peti Sabun 2025
December 23, 2025Bandung, 23 Desember 2025 — Balai Desa Bantrangsana hari itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Perangkat desa, warga, dosen, dan mahasiswa Program Studi Rekayasa Perancangan Mekanik (RPM) Politeknik Manufaktur Bandung (POLMAN) berdiri berdampingan. Mereka mengepalkan tangan ke atas, sambil memegang spanduk bertuliskan “Kuliah Kerja Nyata”. Sebuah momen yang menjadi titik awal dimulainya rangkaian Pelatihan Pemilahan dan Pengelolaan Sampah — salah satu program Pengabdian kepada Masyarakat POLMAN yang berlangsung pada 20-31 Oktober 2025.
Pengelolaan sampah, terutama kebiasaan membuang sampah ke sungai masih menjadi dilema Desa Bantrangsana dan Desa Karyamukti, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka. Seringkali warga dengan santainya melempar kantong plastik berisikan sampah dapur dan rumah tangga ke aliran arus, berharap sungai melarungkan kotorannya ke tempat lain, mengakibatkan rantai pencemaran sekitar wilayah air.
Kebiasaan buruk tersebut mengakar pada rutinitas masyarakat, diperparah oleh belum optimalnya pengelolaan sampah yang tersedia. Di mana masyarakat harus membuang sampah, jika sesederhana tong sampah pun nihil keberadaannya? Pertanyaan itu melahirkan kepedulian para mahasiswa untuk melangsungkan pendekatan edukatif dan aksi langsung yang dapat dirasakan bersama.
Perubahan itu mulai tampak dari sudut-sudut permukiman warga. Sebanyak 10 tong sampah disebar ke setiap RT. Warga kini harus memilah, kuning atau hijau, organik atau anorganik. Mahasiswa membantu masyarakat untuk membedakan dua kategori tersebut — menjelaskan fungsi serta cara penggunaannya agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Edukasi juga berlangsung di ruang kelas, anak-anak desa harus diputus dari kebiasaan buruk tersebut, sejak dini mereka harus mengenal adab membuang dan memilah sampah yang benar. Sosialisasi ini menjelaskan pentingnya pemilahan antara sampah organik, anorganik, dan sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun).
Para mahasiswa memberikan pendidikan dan pengenalan dengan murid SDN Bantrangsana kelas 4 dan SDN 2 Karyamukti kelas 6, mereka berdialog. Dialog itu adalah investasi jangka panjang, membentuk agen-agen perubahan sejak dini.
Tak jauh dari permukiman, pada sebuah jembatan gantung yang di bawahnya mengalir sungai Cideres, spanduk larangan membuang sampah ke sungai dipasang mencolok — menjadi pengingat visual mengenai komitmen bersama menjaga lingkungan. Tiga spanduk lain dipasang pada titik lain, di mana warga sering membuang sampah.
Sosialisasi berlanjut, kini didampingi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Majalengka, kehadiran elemen pemerintah sekaligus memperkuat legitimasi program KKN ini, sehingga pesan yang disampaikan tidak terhenti sebagai kegiatan KKN semata, melainkan menjadi serial perubahan berkelanjutan yang juga diperhatikan negara.
Salah satu inovasi yang juga turut dihadirkan adalah penyediaan kotak donasi sampah. Warga harus mulai melihat sampah sebagai potensi yang terbuang. Kata “donasi” memiliki pesan yang dalam, bahwa sisa-sisa rumah tangga, entah botol plastik, kaleng, dan kardus memiliki nilai jual yang dapat disumbangkan untuk penyelenggaraan ekonomi desa dan pembiayaan kebersihan secara mandiri.
Lebih dari sekadar rangkaian kegiatan, program ini membawa pesan penting: perubahan perilaku dimulai dari kesadaran bersama. Melalui peran mahasiswa sebagai agen perubahan, masyarakat Desa Bantrangsana dan Desa Karyamukti diajak untuk membangun kebiasaan baru dalam mengelola sampah secara berkelanjutan—demi lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan lestari.
Penulis: Nia Nuryanti P., Meri Rahmi, Reka Ardi P.
Editor: Reza A. Pratama











