
Ministerial Visit di POLMAN Teguhkan Kolaborasi Indonesia-Swiss dalam Pendidikan Vokasi dan Energi Terbarukan
October 7, 2025
Tim Aosogi dari Polman Bandung Raih Juara 1 Nasional di IT & Computer Cup 2025
October 10, 2025Bandung, 9 Oktober 2025 — Asap pekat mengepul dari hamparan sawah usai panen padi. Sekam yang melimpah dibakar begitu saja — menghitamkan langit dan mencemari udara.
Bagi banyak daerah pertanian di Indonesia, pemandangan tersebut sudah menjadi “tradisi” usai panen. Hasilnya, menimbulkan polusi udara dan kerugian ekologis. Padahal, di balik tumpukan sekam itu, tersimpan potensi energi yang luar biasa.
Berangkat dari fenomena tersebut, Himpunan Mahasiswa Teknik Manufaktur (HMTM) Politeknik Manufaktur Bandung (POLMAN) tergerak untuk mengentaskan masalah ekologis yang mengakar dari siklus pertanian. HMTM menggandeng masyarakat Dusun Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, untuk membangun solusi bersama. Lewat kolaborasi tersebut, lahirlah komunitas BRICLIM (Briket untuk Iklim) — sebuah gerakan warga untuk mengubah limbah pertanian menjadi sumber energi alternatif.
Gerakan Organik Masyarakat
Sabtu (20/9) siang, halaman RW 03 terlihat lebih ramai dari biasanya. Warga berjubelaan kumpul sejak pukul 13.00 WIB untuk mengikuti acara pengukuhan BRICLIM. Momen ini bukan sekadar peresmian bernuansa seremonial, melainkan menandakan sebuah pergerakan penting, yakni penerapan model kepemimpinan strategis yang menempatkan unsur masyarakat sebagai motor penggerak.
Kepemimpinan lokal menjadi porosnya, ketua RW menjadi koordinator utama. Pendekatan ini terinspirasi dari keberhasilan Toni, seorang inisiator pengusung program Bank Sampah Unit sekaligus mantan ketua RW setempat.
Pendekatan berbasis tokoh lokal ini diyakini dapat meningkatkan legitimasi, memperkuat partisipasi, serta memastikan keberlanjutan komunitas.
“Peran strategis Ketua RW dalam menggerakkan masyarakat menjadi kunci. Karena itu, BRICLIM kami bentuk dengan menjadikan Ketua RW sebagai koordinator utamanya,” ungkap Ayu Wulandari, Ketua Pelaksana PPK Ormawa.
Acara dilaksanakan dengan khidmat, diawali menyanyikan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan sambutan dari POLMAN dan perangkat Desa Lamajang. Kemudian, figur inspiratif itu naik panggung, tokoh yang sudah tak asing bagi warga sekitar. Toni hadir sebagai narasumber, Ia tak lagi berbicara masalah teknis, melainkan bercerita — tentang perjuangannya membangun bank sampah, tantangan, dan cara membangkitkan partisipasi warga. Cerita itu disambut antusias oleh warga, menghasilkan audiensi yang hangat. Tak ada jarak antara mereka; sebuah gambaran gerakan organik masyarakat.
Menjadi “Bara Api Perubahan”
Sebelum tim mahasiswa memaparkan visi, misi, serta rencana kerja BRICLIM.
Puncak acara terjadi dengan pembacaan Surat Keputusan (SK) pendirian komunitas dan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara kepala dusun dan ketua RW 03. Sejak saat itu juga, BRICLIM resmi terlahir.
Bagi mahasiswa POLMAN, BRICLIM membawa harapan baru. Harapan akan udara yang lebih bersih, peluang ekonomi tambahan, dan semangat gotong royong yang semakin kuat.
Lewat inovasi briket sekam padi, limbah sekam dapat disulap dari sumber polusi menjadi sumber energi. Selain ramah lingkungan, briket juga bernilai ekonomi. Warga dapat menghemat pengeluaran energi rumah tangga, bahkan berpotensi menggerakkan kegiatan produksi briket untuk kemudian menjadi komoditas.
Peran strategis masyarakat sebagai penggeraknya, memicu komunitas yang mandiri, yang diharapkan akan menular ke lapisan masyarakat yang lain. Menghasilkan perubahan dari akar rumput.
Siapa sangka, dari limbah sekam padi itu, yang terbakar kemudian lenyap, ada “bara api” perubahan yang kini bernama BRICLIM.
Penulis: Ega Nugraha Firdaus
Editor: Reza A. Pratama