
Tim “Edutronix” Polman Bandung Raih Juara 3 pada Business Plan Competition Vivace Innovazione VIII Tingkat Nasional
October 10, 2025
Pelepasan Mahasiswa KKN-PPM Program Studi Manajemen Teknologi Rekayasa POLMAN Bandung Semester Ganjil TA 2025/2026
October 14, 2025Bandung, 14 Oktober 2025 — Pagi masih lembap setelah hujan mengguyur Bandung semalam, aroma patrikor tercium bercampur dengan bau tak sedap dari Sungai Cikapundung. Puluhan mahasiswa berjaket biru tua sudah berkumpul di tepian sungai. Mereka datang dengan sebuah misi: membersihkan tumpukan sampah yang menyesaki jalur air.
Aksi ini merupakan bagian dari peringatan World River Cleanup Day yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Manufaktur (HMTM) Politeknik Manufaktur Bandung (POLMAN), yang bekerja sama dengan komunitas River Cleanup. Berlangsung pada Sabtu (20/9), kegiatan tersebut bertujuan untuk melestarikan lingkungan dan sumber daya air, sekaligus mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDG’s) 2030.
Sebagian peserta mengenakan sepatu bot tinggi, sebagian lainnya sudah siap dengan sarung tangan biru dan karung jaring besar. Di antara mereka, beberapa captain river — sebutan untuk koordinator lapangan — memberikan pengarahan singkat sebelum para relawan menyebar ke dua titik strategis yaitu Sungai Cikapundung dan Cipaganti.
Sejak tiga bulan sebelum pelaksanaan, sebanyak 15 mahasiswa HMTM dilatih untuk menjadi captain river. Tugas mereka penting, yaitu memastikan kegiatan berlangsung secara efektif dan aman. Muhammad Ferdi Setiawan, Ketua Pelaksana HMTM, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan wujud tanggung jawab generasi muda terhadap lingkungan.
“Motivasi terbesar kami adalah menghadirkan perubahan yang tidak hanya terlihat, tetapi juga bermakna dan berkelanjutan. Kepedulian terhadap lingkungan bukanlah pilihan, “ujarnya sambil mengenakan sarung tangan biru tebal.
Menyusur Dua Titik Sungai
Di titik Sungai Cikapundung, mahasiswa dan warga membentuk barisan rapi di sepanjang bantaran sungai. Karung-karung jaring berwarna hijau mulai terisi oleh botol plastik, kantong kresek, dan sisa-sisa limbah rumah tangga. Para relawan tidak hanya menyisir tepian sungai, tetapi juga menyapu area permukiman dan fasilitas umum di sekitarnya. Warga sekitar fokus menyimak, ketika para relawan menyampaikan edukasi mengenai pengelolaan limbah rumah tangga. Sesekali terdengar tawa ringan disamarkan aliran air yang deras.
Sementara itu, di Sungai Cipaganti, tantangannya lebih berat. Medan yang dipenuhi vegetasi alami membuat proses pengangungkatan sampah sukar dilakukan sehingga membutuhkan ketelitian maksimal. Para relawan harus menyeberangi aliran dangkal, menyibak semak belukar, dan mengumpulkan sampah yang tersangkut pada akar pohon dan batu kerakal.
Di sela-sela pengumpulan sampah, ada satu pemandangan mencolok: segenggam puntung rokok yang ditadahkan dari tangan seorang anak kecil. Puntung rokok adalah salah satu limbah yang paling sering ditemukan dalam aksi bersih sungai ini. Meski kecil, dampaknya terhadap kualitas air sangat signifikan karena kandungan kimia yang dapat mencemari habitat perairan. Miris rasanya, melihat sungai kita dijadikan asbak oleh para perokok sekitar.
Tiga Ton Sampah dan Pesan untuk Masa Depan
Tim mencatat sejumlah tiga ton total sampah telah berhasil dikumpulkan, secara spesifik diperoleh angka 2.230,48 kg dari Sungai Cikapundung dan 1.116,43 kg berasal dari Sungai Cipaganti. Angka tersebut bukan sekadar statistik belaka, melainkan cerminan dari masalah lingkungan yang dihadapi kota ini setiap harinya. Nominal itu baru didapatkan dari dua titik sungai — dua dari ratusan sungai yang mengalir di Jawa Barat.
Perhatian mengenai jumlah sampah tersebut juga pada akhirnya mendorong para panitia untuk menerapkan zero waste consumption selama kegiatan. Alih-alih menggunakan wadah plastik sekali pakai, mereka memakai alas daun pisang sebagai substitusinya. Sebuah pesan kuat untuk menyampaikan perubahan kebiasaaan yang sederhana.
“Keberhasilan sejati bukan hanya pada sungai yang bersih, tetapi juga pada lahirnya kesadaran dan pola pikir baru yang berkelanjutan,” tutup Ferdi.
Aksi World River Cleanup Day tahun ini bukan sekadar bersih-bersih sungai, melainkan juga membangun ekosistem kepedulian. Pesan penting itu harus mengalir dari generasi ke generasi. Sungai adalah nadi kota yang harus dijaga bersama, jangan sampai Ia tersumbat dan menghentikan laju kehidupan.
Penulis: Muhammad Ferdi Setiawan
Editor: Reza A. Pratama



