Bandung, 4 Maret 2025 – Dalam upaya nyata mendukung program ketahanan pangan pemerintah, Politeknik Manufaktur Bandung (Polman Bandung) kini tengah mengembangkan mesin pencetak beras analog berbahan dasar sorgum dan singkong. Proyek strategis nasional ini didanai penuh oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.
Tim peneliti multidisiplin yang dipimpin oleh Dede Sujana berhasil merancang tiga komponen utama mesin berkapasitas 100 kg/jam, yaitu mesin pengupas kulit (sosoh), mesin penepung, dan mesin pencetak beras analog. “Inovasi ini tidak hanya menghasilkan beras alternatif yang kaya nutrisi, tetapi juga meningkatkan nilai tambah komoditas lokal yang selama ini kurang termanfaatkan optimal,” papar Dede antusias.
Yang membanggakan, proyek penelitian strategis ini menghadirkan kolaborasi sinergis antara tim dosen peneliti dengan delapan mahasiswa terpilih dari berbagai disiplin ilmu. Zikran (Teknologi Rekayasa Perancangan), Abduraffi, Firzan, Azi, dan Burhadi (Teknologi Rekayasa Manufaktur), Rizal dan Damar (Teknik Rekayasa Otomasi), serta Ega (Manajemen Teknologi Rekayasa), para mahasiswa mengaku sangat antusias terlibat dalam pengembangan teknologi tepat guna ini. “Pengalaman langsung dalam pekerjaan DED, pembuatan prototype memberikan pembelajaran nyata bagi kami dalam menyelesaikan tantangan riil di industri,” ungkap para mahasiswa yang bersemangat.”
Proyek ini didukung penuh oleh tim ahli dari berbagai bidang. Muhammad Rizal sebagai Koordinator Tim Desain (DED) dibantu para peneliti senior seperti Iwan Harianton, Heri Setiawan, Pandoe dari Jurusan Teknik Manufaktur, serta Dewi Idamayanti sebagai ahli material Jurusan Pengecoran Logam. Seluruh kegiatan penelitian di studio desain, sedangkan pembuatan prototype dilakukan di Lab Inkubator Bisnis Teknologi (IBT) POLMAN Bandung.
Herman Budi Harja sebagai Ketua Jurusan Teknik Manufaktur menyatakan bangga dengan pencapaian ini. “Kolaborasi lintas prodi ini membuktikan bahwa pendidikan vokasi mampu menghasilkan solusi engineering untuk tantangan ketahanan pangan nasional,” tegasnya. Sementara Kaprodi MTR, Emma Dwi Ariyani menambahkan, “Mahasiswa kami mendapatkan pembelajaran komprehensif yang mengintegrasikan aspek teknis, material, hingga analisis bisnis.”
Noval Lilansa, Kepala P3M Polman Bandung, menekankan bahwa inovasi ini memiliki dampak strategis. “Kami tidak hanya mengejar paten, tetapi lebih penting lagi mendukung program pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada beras padi sekaligus meningkatkan gizi masyarakat,” jelasnya.
Proyek yang berjalan hingga Desember 2025 ini ditargetkan dapat meningkatkan nilai ekonomi komoditas lokal, menyediakan alternatif pangan bergizi tinggi, serta memberikan solusi teknologi bagi UMKM pengolahan pangan.
Catatan redaksi: